Kesulitan terjadi, lantaran saat
melakukan pemotongan, tim harus berada pada posisi berdiri. Sedangkan
bangkai Lion Air, yang tercebur ke Laut Bali, Sabtu lalu itu terus
bergerak akibat hantaman ombak yang keras.
"Kesulitan yang kami hadapi, karena objek yang akan dipotong terus
bergerak. Petugas yang memotong juga terus bergerak," ujar Asihamzah.
Kapten AL tersebut juga mengakui evakuasi kali ini memang perlu
teknik khusus. Tim pun harus memiliki kemampuan tinggi dan sudah
terlatih.
Asihamzah menambahkan, air laut yang terus pasang dan hempasan ombak yang sangat kuat serta derasnya arus menjadi kendala utama.
"Kesulitan kita adalah ombak yang besar. Kita harus melakukan hal
tersebut, karena dikejar waktu dan kondisi yang ada di ujung landasan
yang harus segera dikosongkan," katanya.
Menurut Asihamzah, kegiatan evakuasi seperti ini memang tidak
pernah dilakukan oleh pasukan TNI AL sebelumnya. "Ini baru kasus
pertama, yang ditangani tim evakuasi bawah lau," jelas dia.
Akibatnya, petugas harus merobek badan pesawat sedikit demi
sedikit. Sementara itu, berdasarkan pantauan di lokasi, bagian kepala
pesawat atau bagian kokpit sudah berhasil diangkat. Bagian penting ini
sudah dievakuasi dan diamankan di gudang Lion Air, guna penyelidikan
penyebab kecelakaan tersebut.
Kemudian, potongan berikutnya dengan panjang sekitar tiga meter diangkut ke darat dengan menggunakan crane. Potongan bangkai pesawat tersebut, untuk sementara ditaruh di bagian selatan ujung landasan.
Beberapa petugas menuturkan ada banyak potongan pesawat yang jatuh
ke dalam air dan belum berhasil dievakuasi. Hingga kini, petugas masih
melakukan pemotongan bagian ketiga badan pesawat dengan panjang sekitar
tiga meter.
0 komentar:
Posting Komentar